Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Februari 2013


BENTUK KLASIFIKASI KELOMPOK SOSIAL

Versi materi oleh Bondet Wrahatnala


Pada bagian terakhir ini, kita akan membahas mengenai beberapa bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Sebenarnya pada bab-bab terdahulu telah banyak disinggung mengenai hal ini bukan? Namun, tidak ada salahnya jika kita lebih memperdalam pembahasan ini dalam subpokok bahasan berikut ini. Dalam masyarakat multikultural, seringkali dijumpai bentuk-bentuk kelompok sosial seperti suku bangsa, komunitas, bangsa, dan masyarakat. Dalam bahasan ini akan dipaparkan secara singkat masing-masing bentuk kelompok sosial itu. Namun ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu pembagian kelompok sosial menurut para ahli sosiologi dan antropologi berikut ini.

1. Klasifikasi Robert Bierstedt
Di atas telah kita ketahui bersama bahwa manusia senantiasa hidup di antara orang lain atau bersama orang lain. Namun demikian, tidak semua bentuk kehidupan bersama termasuk
d. Prinsip Ultimogenitur
Prinsip ultimogenitur adalah prinsip dalam kekerabatan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki maupun perempuan, tetapi hanya berlaku bagi yang termuda saja. Masyarakat yang menggunakan prinsip ini adalah masyarakat Mysore di India Selatan. Menurut Koentjaraningrat, di Indonesia ada masyarakat yang menggunakan prinsip ini, yaitu masyarakat di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masyarakat tersebut ada kebiasaan atau tradisi bahwa anak perempuan yang terakhir (bungsu) apabila sudah menikah, maka dia beserta suami dan anak-anaknya harus tinggal bersama di rumah orang tuanya (prinsip uxorilokal). Dia juga akan mewarisi tanah dan rumahnya. Dengan demikian hukum adat waris seperti itu menganut prinsip matrilineal ultimogenitur. kelompok sosial. Robert Bierstedt (1948) yang dikutip oleh
Kamanto Sunarto (1993) mengemukakan tiga kriteria untuk menentukan apakah kumpulan orang dapat dikategorilan sebagai kelompok sosial atau sebaliknya tidak dapat dikategorikan sebagai kelompok sosial. Tiga kriteria itu adalah sebagai berikut.


a. Ada atau tidaknya organisasi.
b. Ada atau tidaknya hubungan sosial di antara mereka.
c. Ada atau tidaknya kesadaran jenis.
Tidak semua kelompok sosial memenuhi tiga syarat di atas. Berdasarkan kriteria tersebut, kelompok sosial terbagi lagi ke dalam empat jenis kelompok, yaitu asosiasi, kelompok sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistik.
a. Asosiasi
Kelompok yang disebut asosiasi biasanya memiliki aturan dan mekanisme keanggotaan tertentu yang sudah jelas atau terorganisir, ada hubungan sosial, dan ada kesadaran jenis. Jadi, memenuhi semua kriteria di atas. Contoh kelompok sosial yang dapat dikatakan sebagai asosiasi adalah sekolah, OSIS, PSSI, partai politik, dan sebagainya.
b. Kelompok Sosial
Jenis kelompok sosial model ini biasanya tidak memiliki aturan dan mekanisme keanggotaan secara formal, tetapi mempunyai hubungan sosial yang relatif tetap dan memiliki kesadaran jenis. Jadi, memenuhi dua kriteria yang disebutkan di atas. Contoh kelompok sosial ini adalah kelompok teman bermain, kerabat, dan sebagainya.
c. Kelompok Kemasyarakatan
Kelompok kemasyarakatan hanya memenuhi satu kriteria, yaitu mereka memiliki kesadaran jenis, tetapi tidak terorganisir dan tidak ada hubungan sosial. Contoh kelompok kemasyarakatan adalah kelompok berdasarkan jenis kelamin dari suatu hasil sensus penduduk perempuan. Contoh lainnya adalah kelompok masyarakat miskin, kelompok masyarakat elite, dan sebagainya.
d. Kelompok Statistik
Kelompok statistik adalah kelompok yang tidak memenuhi semua kriteria yang disebut di atas. Misalnya, pengelompokan penduduk menurut Biro Pusat Statistik berdasar usia, seperti 0–4 tahun, 5–9 tahun, 75 tahun ke atas, dan seterusnya.

2. Klasifikasi Emile Durkheim
Emile Durkheim tokoh sosiologi yang berasal dari Perancis sebagai peletak dasar sosiologi modern membagi kelompok sosial atas dua jenis berdasarkan ikatan sosial yang disebut dengan solidaritas sosial, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis.
a. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masyarakat ini belum ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam hal pekerjaan karena pada dasarnya setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Masyarakat ini juga terikat oleh kesamaan dan kesadaran bersama yang kuat. Hubungan sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat cenderung akrab dan didasarkan pada sistem nilai yang sama. Contoh masyarakat dengan solidaritas ini adalah masyarakat pedesaan yang masih tradisional. Pada umumnya masyarakat tersebut mempunyai pekerjaan yang sama, yaitu sebagai petani.
b. Solidaritas Organis
Solidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci. Dengan demikian muncul
 keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah.
Misalnya kehidupan pada masyarakat kota. Ada banyak jenis pekerjaan pada masyarakat kota, seperti karyawan swasta, pengusaha, buruh, guru, pegawai negeri, dan lain-lain, di mana mereka saling membutuhkan atau berhubungan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan masing-masing, bukan atas ikatan moral (kebersamaan). Keadaan demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organism yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan, karena apabila salah satu bagian rusak maka organisme tersebut akan macet.
3. Klasifikasi Ferdinand Tonnies
Tokoh lain yang membagi jenis kelompok sosial adalah Ferdinand Tonnies, seorang sosiolog dari Jerman. Ia membagi kelompok sosial ke dalam dua jenis kelompok, yaitu gemeinschaft dan gesellschaft.
a. Gemeinschaft (Paguyuban)
Kelompok sosial ini digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim dan pribadi, yang merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Ikatan pernikahan dan keluarga digambarkan sebagai gemeinschaft of life. Contohnya kehidupan rumah tangga, kekerabatan, dan sebagainya. Gemeinschaft dibagi atas tiga tipe, yaitu gemeinscharft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind.
1) Gemeinschaft by blood adalah paguyuban yang mengacu pada kekerabatan, atau di dasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga.
2) Gemeinschaft of place adalah paguyuban yang mengacu pada kedekatan tempat, sehingga dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong. Misalnya rukun tetangga atau rukun warga.
3) Gemeinschaft of mind adalah paguyuban yang mengacu pada hubungan persahabatan karena persamaan minat, hobi, profesi, atau keyakinan. Misalnya kelompok agama.
b. Gesellschaft (Patembayan)
Gesellschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu Bentuk dalam pikiran belaka, dan strukturnya bersifat mekanis. Bentuk gesellschaft ini umumnya terdapat di dalam hubungan perjanjian yang didasarkan pada ikatan timbale balik, seperti ikatan antara pedagang dengan pembeli.
4. Klasifikasi Charles H. Cooley dan Ellsworth Farris
Menurut Cooley, di dalam masyarakat terdapat kelompok primer yang ditandai dengan pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim. Ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain pada anak kecil, rukun warga, atau komunitas orang dewasa. Pergaulan intim ini menghasilkan keterpaduan individu dalam satu-kesatuan yang membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok bersama. Farris meneruskan klasifikasi Cooley yang hanya menjelaskan kelompok primer. Menurut Farris, di dalam masyarakat juga terdapat kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi  dan berciri kelembagaan. Contohnya kelompok organisasi, seperti koperasi, partai politik, dan lain sebagainya.
5. Klasifikasi W.G. Sumner
Sumner membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu in-group dan out-group. Menurut Sumner, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian-pembagian menjadi kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Contohnya pada masyarakat Badui Dalam. Mereka adalah kelompok dalam (in-gorup) yang memiliki beberapa ciri khusus dan aturan mengikat yang hanya dimiliki kelompok tersebut. Di antaranya, anggota kelompok tersebut dilarang keras untuk menerima teknologi dari luar, karena diyakini teknologi dari luar akan membuat kehidupan mereka tidak nyaman. Sedangkan masyarakat Badui Luar yang ada di luar kelompok tersebut disebut sebagai kelompok luar (out-group), karena mereka tergolong suku Badui yang menerima segala bentuk perubahan. Di kalangan kelompok dalam dijumpai per-sahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan dengan kelompok luar, maka yang terjadi adalah rasa kebencian, permusuhan, perang, atau perampokan. Rasa kebencian ini diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain dan menimbulkan perasaan kelompok dalam (in-group feeling). Anggota kelompok dalam menganggap kelompok mereka sendiri sebagai pusat segala-galanya (ethnocentris).
6. Klasifikasi J.S. Furnival
Menurut J.S. Furnival, masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural dilihat dari susunan dan komunitas etniknya dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu masyarakat multikultural dengan kompetisi seimbang, masyarakat, multikultural dengan mayoritas dominan, masyarakat multikultural dengan minoritas dominan, dan masyarakat multikultural dengan fragmentasi.
a. Masyarakat Multikultural dengan Kompetisi Seimbang
Masyarakat multikultural jenis ini terdiri dari sejumlah etnikyang kurang lebih memiliki kekuatan kompetitif yang seimbang. Gabungan antara etnik-etnik tersebut sangat diharapkan untuk membentuk masyarakat yang stabil dan harmonis.
b. Masyarakat Multikultural dengan Mayoritas Dominan
Masyarakat multikultural jenis ini terdiri atas sejumlah komunitas etnik yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang. Salah satu kelompok memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lain. Dalam kenyataannya, kelompok yang memiliki kekuatan yang lebih besar ini akan mendominasi kompetisi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan kehidupan sosial, sehingga kelompok yang memiliki kekuatan lebih kecil akan merasa didominasi dan terkucilkan.
c. Masyarakat Multikultural dengan Minoritas Dominan
Masyarakat ini merupakan kebalikan dari masyarakat multikultural dengan mayoritas dominan, di mana dalamnya terdapat sejumlah kecil dari keseluruhan atau golongan minoritas yang mampu mengendalikan kelompok mayoritas,karena memiliki berbagai keunggulan kompetitif. Dengan demikian sehingga dalam kehidupan di masyarakat, kelompok minoritas mampu mendominasi kelompok mayoritas yang meskipun memiliki jumlah besar, namun kekuatan kompetitifnya kalah jika dibandingkan dengan minoritas.
d. Masyarakat Multikultural dengan Fragmentasi
Masyarakat multikultural ini terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, tetapi semuanya dalam jumlah yang kecil. Dengan demikian tidak ada satu kelompok yang mempunyai posisi atau kekuatan kompetitif yang mampu mendominasi kelompok-kelompok yang lain. 

0 komentar:

Posting Komentar